Hari
ini aku membereskan beberapa barang yang kiranya sudah tak terpakai. Kamar kos
ini aku huni lebih dari 8 tahun. Ternyata banyak sekali barang yang sejak 8
tahun aku simpan. Begitu banyak barang hingga aku harus memilah mana yang aku
simpan dan buang. Di suatu ketika memilah, aku menemukan co card kepanitian yang selama ini ternyata aku kumpulkan, mulai
dari panitia ospek, kunjungan ilmiah, pelatihan jurnalistik, pelantikan
organisasi, seminar dan lain-lain. Kembali memilah, aku menemukan beberapa
ucapan ulang tahun, sidang skripsi, sidang tesis, wisuda dari orang terdekat. Seketika
senyum tersungging dari bibirku, banyak orang baik di sekitarku. Alhamdulillah.
Buku tulis, buku kuliah, materi-materi kuliah yang dirasa penting aku simpan,
sedangkan tumpukan revisi tesis dan banyak kertas tidak penting aku sisihkan ke
kardus sebagai barang yang akan aku buang. Banyak coretan menandakan banyaknya
kenangan. Itu yang aku lihat di beberapa hasil revisian tiap kali bimbingan. Pikiran
menyusuri ruang nostalgia tentang bagaimana aku melewati masa kuliah selama 7
tahun ini. Semua ada disana, tentang rasa bahagia, ingin tahu, bosan, sedih,
bangga, resah, semuanya yang tak aku lupa.
Sejenak
aku berpikir, apa yang aku lakukan selama ini dengan menghamburkan banyak
kertas yang pada akhirnya berakhir di tukang loak. Kertas salah print,
fotocopy, ini terlalu banyak pikirku. Jengah sendiri melihatnya. Tidak kalah
jengahnya aku ketika melihat pakaian-pakaian yang lama sudah tidak terpakai. Terlalu
banyak pakaian di lemari ini yang bahkan aku tidak ingat kapan dan kenapa aku
membelinya. Sejujurnya, aku berpikir bahwa aku bukan wanita yang suka
berbelanja, namun melihat tumpukan baju ini rasanya aku mematahkan pikiranku
sendiri.
Kegiatan
beres-beres kosan ini semakin memantik pikiranku untuk hidup minimalis. Sudah
terpikirkan memang sebelumnya. Alangkah tidak ribetnya memiliki pakaian yang
sedikit, tidak perlu bingung mau pakai yang mana. Meminimalisir membeli
barang-barang tidak penting yang ingin dibeli hanya karena “lucu”, come on sudahlah barang-barang “lucu”
itu hanya akan dinikmati beberapa hari saja, selanjutnya lupa dan tau-tau kamar
jadi penuh dengan barang-barang remeh seperti itu.
Pada
akhirnya semua barang yang ada di kamar kos ini akan menjadi kenangan,
sebenarnya bukan tidak ingin mengingatnya karena tidak penting, tapi apalah
daya beberapa barang memang sebaiknya dibuang untuk mensederhanakan isi ruang
demi kesehatan pandangan dan jiwa. Percayalah, semua yang bermakna tidak akan
terlupa. Kalaupun terlupa, itu tandanya sudah tua. Sekian curhatan anak kos
yang mau pulang kampung karena akan menikah. du du du du du du ;)