Kamis, 05 September 2019

Pasca Wedding


          

            Kehidupan Ani berubah 180 derajat setelah ia menikah dengan Beno. Ekspekstasi tentang kehidupan pasca menikah yang mereka bayangkan banyak yang terpatahkan. Sejak memikirkan akan menikah, Ani sudah berandai-andai setiap pagi ia memasak untuk suaminya juga tak lupa mempersiapkan bekal untuk makan siangnya. Namun, kiranya pagi itu tak sesuai dengan angan-angannya.
               “Dek, baju batik ku dimana ya?” Tanya Beno sambil sibuk mencari.
Ani yang sedang sibuk menggoreng telur tersadarkan kalau sepertinya baju tersebut belum ia setrika.
“Duh iya mas, belum adek setrika. Tunggu sebentar ya mas, adek kelarin goreng telur dulu.
“Duh cepetan, ini kan hari senin jadwalnya pakai seragam batik itu”kesal Beno.
Baru saja hendak menyetrika, dengungan teko tanda air mendidih bunyi dengan lantangnya.
“DUUUUH” kata Ani.
“Mana baju ku dek, juga mana sarapanku keburu telat?” Tanya Beno.
               “Iyaaa iyaaa mas, sabar ya” Jawab Ani sambil kembali menyetrika seusai mengisi air kedalam termos.
Baju batik sudah selesai disetrika, kini waktunya Ani melanjutkan kegiatan memasaknya di dapur. Namun waktu sudah menunjukkan pukul  06.45. Sementara Beno harus masuk pukul 07.30.
                “Mas, baru punya telur goreng. nggak sempet ya kalau aku masak sayur dulu?” Tanya Ani dengan sedikit muka memelas.
“Ahhhhh sudah-sudah mana telurnya, apa saja deh yang penting sarapan dulu” Jawab Beno menahan kesal.
Terkejutlah Ani ketika ia mendapati beras di rice cooker yang belum matang, rupanya Ani lupa untuk memencet tombol cook. Ya, pagi itu seperti bencana bagi Ani. Boro-boro mempersiapkan bekal untuk suaminya, mempersiapkan makan untuk sarapannya saja keteteran.
“Mas, nggak ada nasi lupa pencet tombol cook, Ani beli nasi di warung dulu aja ya” Ani memelas.
“Aaaaah sudah-sudah aku makan diluar aja sekalian berangkat” Jawab Beno kesal. Beno segera mengambil tas dan kunci mobilnya. Ia pergi tanpa pamit.
Sementara di rumah, Ani merasa gagal di hari pertamanya sebagai seorang istri dari Beno, lelaki yang ia cintai. Beberapa menit berselang, Ani mendengar suara mobil yang tak asing di telinganya. Suara mobil Beno. Ia buru-buru membuka pintu sambil menyeka air mata. Ani hanya bengong melihat Beno keluar dari mobil lalu masuk rumah dan memeluknya. Sambil berkata.
“Tak apa sayangku, jangan menangis. Bukan salahnya adek, mas bisa sarapan diluar. Nggak papa. Udah ya jangan nangis”
“Maaf ya mas” Tangisan Ani kembali deras.
“Udah-udah, mas nggak mau pergi kerja lihat adek sedih. Mas nggak mau berangkat sebelum nangisnya berhenti” Beno berkata.
Ani segera menyeka air matanya. Tangisannya kini berganti jadi senyum di bibirnya.
“kricik kricik” terdengar bunyi air yang meluber.
“eeeeh aku lupa matiin kran air mas, hehehehehe” kata Ani.
Beno pun segera berangkat ke kantor.