Jumat, 04 Agustus 2017

"Berhenti"

Diantara kerumun manusia, jangan kau cari aku.
Kau tak akan temukan ku
Jangan kau curi dengar tawa ku
Karena aku tak lagi tertawa untumu
Jangan kau cari tahu tentangku
Karena aku tak lagi mau kau tahu segala tentangku
Berhentilah.....
Berhentilah sekarang atau nanti kau lebih terluka
Aku sudah memperingatkanmu
Aku tak akan menanggung gores luka mu
Aku benar sudah memperingatkanmu, yaa...benar

Maka berhentilah sekarang

"Pulang"

Sedari kemarin aku telah menanti
Menanti kedatangan mu
Mungkin sebentar lagi, yaa....sebentar lagi
Sesaat setelah aku menulis ini
Kau bilang hanya pergi sebentar saja
Aku percaya sayang
Walau sesungguhnya sudah tak sabar aku memberikan kotak ini kepadamu
Kubungkus kecil benda itu, kumasukkan ke dalam kotak kado cantik
Warna hijau, warna favorit  kita
Aku tak ingin siapa pun tahu lebih dulu tentang kabar ini
Aku ingin kamu tahu pertama kali
Lalu kita merayakannya. Kamu bersorak
Mengepalkan tanganmu keatas dan bersorak bahagia
lalu memberikan pelukan terhangatmu
Sungguh kejadian itu telah terbayang di kepala ini
Selanjutnya senyum manis terpancing di bibirku

Segera lah pulang sayang....
aku dan calon bayi kita menantimu

Apa salahnya menjadi muka dua tiga empat atau lebih?


Muka dua diidentikkan dengan sesorang yang berpura-pura baik di depan si A namun akan membicarakan kejelekkan si A dibelakang. Orang bermuka dua ini konon banyak ada di kalangan-kalangan remaja penuh drama entah drama persahabatan maupun percintaan tentunya. Mereka akan mati-matian mengatai-ngatai temannya yang ternyata berkhianat karena entah alasan apa dengan julukan si muka dua. Di depan baik tetapi dibelakang buruk.

Tapi entah mengapa menurut saya, pengertian dan pemahaman “muka dua” tidak sesempit itu. Setiap orang memiliki sifat dan watak yang berbeda-beda tergantung dari diri sendiri maupun lingkungan yang membentuknya. Kepribadian orang yang berbeda-beda inilah yang selanjutnya, memiliki perlakuan yang berbeda-beda pula. Mempunyai muka dua disini dapat diartikan bahwa kita mampu beradaptasi dengan kepribadian orang lain. Mungkin di depan si A kita harus sopan karena ia adalah orang yang kita segani, perkatan dan perilaku kita harus santun, namun apabila kita bertemu si B, kita harus sabar karena si B adalah orang yang temperamen, lain halnya ketika bertemu si C, di depan si C hendaknya bersikap bijaksana dan dewasa karena si C adalah orang yang masih kekanak-kanakan. Apabila kita dapat beradaptasi dan mampu memposisikan diri kita sebagai seseorang yang menyenangkan dimata orang lain, kenapa tidak kita memiliki muka dua tiga empat atau lebih?

Konsistensi

Satu kata sederhana yang ternyata tak sesederhana pelaksanaannya. Pekerjaan yang sungguh-sungguh dapat berhasil dimulai dari konsistensi. Konsisten itu penting dalam segala hal, hal yang baik tentunya. Sesuatu yang sudah disepakati untuk diri sendiri seharusnya didasarkan pada konsistensi. Ya termasuk kegiatan menulis tiap hari yang sudah aju ucapkan. Setidaknya dalam satu hari membuat satu tulisan. Konsisten dalam hal ini sepertinya terasa berat untukku. Padahal, dengan menulis setidaknya aku menghasilkan karya setiap hari, entah itu karya yang entah apalah atau terkadang karya tulisan yang lumayan berbobot. Konsistensi dimulai dari niat diri sendiri. Mungkin akan ada banyak sekali faktor yang berpengaruh namun, sesungguhnya suatu kegiatan yang dilakukan dengan konsisten akan menghasilkan sesuatu. ya, itu. sesuatu dihasilkan karena konsistensi. Tidak hanya 1-2 minggu, tapi seterusnya. Konsisten untuk olahraga 3 kali dalam seminggu? Apa iya dilaksanakan. Terakdang tidak, karena konsistensi yang kurang. Bagaimana menapatkan sesuatu yang diinginkan (re:kurus) jika olahraga saja ogah-ogahan tidak konsisten. Bagaimana semakin berkembang, untuk belajar setiap hari saja juga ogah-ogahan. Yaa, yang bisa menyemangati diri sendiri yang diri sendiri itu, tidak perlu mario teguh atau boy candra. Pembuatan tulisan kali ini, sejujurnya sih untuk memompa kembali konsistensi yang di awal sudah diucapkan. Semoga konsistensi ini akan terus berlanjut

“Wangi tubuhmu berubah”

Dulu aku senang memelukmu sambil menghirup dalam-dalam wangi tubuhmu
Pelukan eratku kadang membuatmu sesak
Tapi waktu itu aku tak peduli, yang aku tau aku hanya ingin memelukmu
aku tak melepaskan pelukanku untuk beberapa menit
sebelum setelahnya kamu mengusap rambut dan mencium keningku
Karena rindu itu telah pada puncaknya
Entah terbuat dari apa rindu waktu itu
Hebat rasanya aku merindu
Waktu itu, ya waktu itu. namun itu, hanya waktu itu.
Kini?
Pelukan erat itu tak ada, serasa wangi tubuhmu telah berubah
Entah jangan katakan mengapa? Aku tak tahu

Yang aku tahu hanya wangi tubuhmu bukan wangi yang aku suka seperti dulu

Rabu, 02 Agustus 2017

Tentang Kekuatan

     
 
        Kekuatan adalah gift  yang diberikan oleh maha kuasa Gusti Allah. Kekuatan dapat di-improve agar mencapai kekuatan optimal yang dapat kita kuasai. Tiap-tiap orang memiliki kekuatan dalam dirinya. Mungkin kekuatan tiap orang tidak semua terekspresi, sebab kekuatan seseorang masih terpendam dan belum dilatih untuk keluar. Rasanya mungkin sulit mencapai puncak gunung itu. Mungkinkah bisa dengan tubuh seperti ini dan kekuatan yang dimiliki saat ini? Percayalah tidak ada yang tidak dengan ijin Allah. Ketika dijalani, disitulah kekauatan itu muncul dengan sendirinya. Hal ini menggambarkan bahwa sesungguhya tiap orang memiliki kekuatan yang terpendam.

        Dahulu, saya berpikir apakah saya kuat lari mengelilingi lapangan tanpa henti. Awalnya susah, ya memang susah. Percobaan pertama apakah berhasil? Tidak. Saya tidak kuat mengelilingi satu putaran lapangan tanpa berhenti. Latihan yang saya jalani ternyata benar-benar membuahkan hasil. Ya, saat ini saya kuat untuk berlari mengelilingi 3 lap lapangan tanpa henti. Ajaib pikirku. Benar-benar proses itu ada dan membauhkan hasil manis. Saya yakin tubuh yang saya miliki ini memilki kekuatan yang lebih. Mungkin ini juga adalah bentuk wujud syukur kepada Gusti Allah karena saya mengolah tubuh yang diberikan oleh Allah dengan baik J