Sabtu, 29 Desember 2018

"Tujuan Hidup"

Hasil gambar untuk destination of life pict
pict: https://medium.com/the-mission/the-12-important-life-skills-i-wish-id-learned-in-school-f4593b49445b

       Apa yang dilakukan seorang lulusan sarjana atau master setelah lulus? Jawabannya, ya…mencari kerja. Mengenai seberapa cepat ia mendapatkan pekerjaan dan jenis pekerjaan apa itu tentunya kembali ke diri masing-masing. Sudah saatnya mencari penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk masa depan. Setelah mendapatkan pekerjaan, berpikir untuk mengakhiri masa lajang. Menikah dengan pasangan hidup bahagia sebagai seorang suami istri. Beberapa lama setelah menikah kemudian memiliki anak, selang beberapa tahun lahir anak kedua ketiga. Pensiun dari pekerjaan sudah memiliki cucu dan hidup bahagia dengan anak dan menantu. Menikmati masa tua dengan melihat kesuksesan anak-anak mereka. Lalu apa? Apa tujuan hidup itu? Apakah bisa dibilang menikmati masa tua yang indah tersebut adalah tujuan akhir hidup?

Tidakkah kalian ingat apa yang terjadi setelah kenikmatan masa tua yang indah berbunga-bunga. Ya, mati. Jadi tujuan akhir hidup yang sesungguhnya adalah mati. Memiiki masa tua yang indah atau tidak pun ujung-ujungnya sama yaitu mati.

Senin, 03 September 2018

PASAR MALAM

Angin bertiup menggetarkan dingin di malam minggu sebuah pasar malam. Dingin yang menusuk hingga tulang. Malam itu Marno sedang berperang dengan dinginnya suhu 140C. “Sial musim dingin begini kenapa tetap buka sih” batin Marno ketika ia berganti pakaian. Jaket tebal yang sedari tadi membalut tubuhnya telah tergantung, kini ia hanya memakai kaos kutang dan celana pendek. “Siap ya Mar, sudah ditunggu” perintah seorang yang mungkin atasannya. Tanpa menajwab Marno hanya mengacungkan ibu jari tanda setuju.
Malam itu Marno bersama rekan satu tim nya mengoperasikan salah satu wahana permainan di pasar malam. Pasar malam itu sendiri sudah 21 hari beroperasi. Ramai saat akhir pekan dan sepi saat hari biasa. Maklum saat itu bukan waktunya libur sekolah, orang tua juga enggan mangajak anak mereka pergi karena esoknya harus berangkat sekolah.
Hidup Marno memang tak lepas dari kerasnya kehidupan malam. Ia lahir di perkampungan prostitusi terbesar di kota itu. Tak tahu ibunya siapa, apalagi ayahnya, pun ia bertemu ibunya dan bertanya siapa ayahnya, tidak yakin juga sang ibu bisa menjawab. Sudahlah, bagi Marno tak penting dari rahim wanita mana ia lahir, toh kenyatannya ia ditelantarkan karena sesungguhnya keberadaanya yang tidak diinginkan. Ia diasuh oleh seorang pemilik motel, sehingga sejak kecil Marno bekerja di motel tersebut. Membersihkan lantai, mencuci, membersihkan kamar mandi, mengganti sprei hingga memperbaiki atap bocor. Segala pekerjaan ia lakukan demi membalas kebaikan sang pemilik motel.
Saat berumur 18 tahun Marno memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Ia akan pergi ke kota besar, mencari kehidupan yang baru. Dengan berbekal uang 120 ribu, satu tas ransel lusuh berisi beberapa pakaian dan niat menggebu Marno berangkat dengan menumpang dari satu truk ke truk lain. Oleh suprik truk yang baik hati ia kadang ditraktir makan walaupun hanya lauk teri, tentu hanya ada satu atau dua yang seperti itu. Sampailah ia di kota besar itu. Kota dengan bangunan menjulang tinggi, hiruk pikuk orang menyebrang jalan, klakson yang bersahutan terlihat tak mau kalah. Suatu pemandangan yang sungguh baru bagi Marno. Selama ini yang ia lihat hanya wanita berpakain mini keluar masuk kamar bersama laki-laki tua.
Kepergian Marno ke ibukota bukan tanpa rencana, ia telah mengenggam foto 5x6 yang dibelakangnya telah tertera sebaris alamat. “aku harus menemui orang ini, ya..betul” batin Marno memantapkan hatinya.
Pada suatu subuh Marno hendak ke sumur untuk buang hajat, selesainya ia bertemu dengan laki-laki paruh baya yang keluar dari motel. Dengan sempoyongan laki-laki itu bertanya kepada Marno tentang asal usulnya lalu mengeluarkan sebuah foto dan menulis sebaris alamat. “Temui aku disini, kau akan hidup enak.hahaha” kata laki-laki tersebut sambil berlalu.
Berminggu-minggu hingga bertahun-tahun Marno memikirkan kata-kata laki-laki itu, hingga akhirnya ia mantap menuju ibukota, dia memiliki angan nantinya ia akan dipekerjakan di rumah besar milik laki-laki tadi sebagai satpam atau tukang kebun.
Seiring mencari alamat itu selama 2 hari, uang Marno telah habis. Sesampainya Marno di rumah yang dituju, terkejutnya ia mendapati rumah mewah begitu besar lengkap dengan gazebo di depannya. Bukan sambutan hangat yang didapat justru Marno diusir dari rumah itu. Ia bersikeras ingin menemui pemilik rumah sambil memperlihatkan foto yang ada di tangannya. Keluarlah laki-laki itu, ya laki-laki seperti yang ada di foto, bedanya sekarang ia agak kurus dan berkumis. “Siapa kau” teriak laki-laki paruh baya dari dalam rumah. “aku Marno, anak yang engkau temui dan kau janjikan hidup enak bersama mu, sambil ia memperlihatkan foto di tangannya” seru Marno. Sambil mengernyitkan dahi dan mengingat ingat, lantas laki-laki paruh baya itu berkata “hahahahaha….kau datang kesini karena itu? Hahaha….pulanglah aku mabuk waktu itu, tak ada yang kau harapkan disini, pergii…pulang sana”.
Akhirnya Marno diusir dengan ketikberdayaannya ia hanya berjalan dari terminal ke terminal.  Singkat cerita, kehidupan Marno setelah itu sangat berantakan, hingga ia sekarang menjadi pekerja di wahana permainan pasar malam. Orang-orang menyebutnya arjuna. Dengan kekuatan yang dimilikinya ia memutar kursi lingkaran naik turun dan mempertontonkan atraksi di tiang paling atas.
“Ayoo ayooo antri jangan berebut, nanti semua kebagian naik…...yaaak, berhenti disitu di mas berbaju ijo, silahkan hati-hati naik ke kursi dibantu oleh arjuna-arjuna kami, hati…hati. Semua sudaaaaaaah naiiiiiikkkkk? Siaaaaap digoyaaaaaaang bersama goyaaaang asmaraaa, mana tepuk tangannya???”
Riuh tepuk tangan berdatangan dari pengunjung yang tak sabar menjajal wahana goyang asmara ini. Tempat duduk tinggi yang membentuk lingkaran itu mulai diputar manual oleh orang dibawah. Pemandu permainan memberi aba-aba, Marno sudah siap melakukan tugasnya. Marno berlari kesana kemari untuk memutar kursi lingkaran tersebut. Lebih menarik lagi, kini Marno sudah naik ke atas tiang untuk mempertontonkan atraksinya, ia mulai melempar kaos kutangnya dan mengeluarkan api dari dalam mulutnya. Semakin liar aksi Marno, semakin riuh tepuk tangan penonton. Beberapa penonton bahkan memberikan saweran,  2 ribu 5 ribu 10 ribu, paling besar pernah ia dapat 50 ribu.
Waktu menunjukkan pukul 22.30, ia masih dengan keringat bercucuran dan berusaha memburu nafasnya. Sudah 6 kali ia mempertontonkan aksinya seperti itu, lelah yang dilanda Marno hampir tak ia rasakan, ia hanya ingin permainan keparat ini segera berakhir. Beberapa kali ia ijin dengan atasannya untuk istirahat satu putaran saja dengan alasan kelelahan, tentu bukan itu penyebabnya. Ia tahu sudah ada seorang wanita yang menunggunya di pojok pasar malam dekat tempat Cak Sarip berjualan kembang gula. Beberapa kali ia melihat samar-samar tempat itu, aah dia memakai dress motif batik dengan bando cantik di rambutnya yang sedikit bergelombang. Sudah tak sabar Marno, rasanya ia ingin meloncat dari atas tiang dan menghampiri Surti. Gadis yang ia temui di pasar malam sebagai pengunjung sejak hari pertama pasar malam dibuka. Permainan pun selesai, waktu menunjukkan pukul 23.30. Wanita yang menunggunya sudah tidak ada di tempatnya. Dengan panik Marno mencarinya kesana-kemari, dimulai dari bertanya kepada Cak Sarip dan orang lain yang mungkin melihatnya. Semua nihil, tak ada jawaban. Lebih tepatnya tidak ada yang mau memberi jawaban. Sampai akhirnya ia melihat ada sesuatu yang aneh dibalik tenda. Ia mendengar teriakan Surti. Lebih kaget lagi ia melihat Prayit yang membuat Surti kesakitan. Pakaiannya compang-camping, tubuhnya lemah sepertinya mau mati.
Tanpa pikir panjang Marno melepas kaos kutangnya, berlari menghampiri Prayit dengan teriakan “Hei bangsat….kemari kau”. Prayit tak kalah kagetnya. Tubuhnya sempoyongan namun masih dapat sadar apa yang dilihatnya. Tanpa bisa berkata apa-apa, Marno sudah meilitkan kaos kutangnya di leher Prayit. Tubuh Prayit yang tak sekekar dan sekuat Marno dengan mudah ambruk. Tanpa ampun Marno mencekik leher Prayit. Beberapa menit kemudian, sudah tak ada tanda-tanda kehidupan di tubuh Prayit. Malam itu menjadi malam terkahir Marno bekerja di pasar malam. Ia tak pernah kembali bersama rekan satu tim nya menjadi arjuna.

-end-

Rabu, 21 Maret 2018

Teguran untuk Dosen

“Bapak tidak menghargai waktu mahasiswa”. Seorang mahasiswa menegur seorang dosen dengan tegas  karena si dosen telah berulang kali membatalkan janji untuk konsultasi. Sang dosen hanya diam tidak menjawab. Seketika ada raut trenyuh terpancar dari mata lelahnya. Rasa yang selama ini ia tahu namun abaikan. Sudah berapa banyak mahasiswa dan rekan yang ia batalkan dan tunda janjinya, karena ada urusan lain yang dianggap lebih penting atau menemui orang yang sebelumnya ia batalkan janjinya terus menerus.  Berkali kali kejadian hal seperti itu terjadi, hingga mahasiswa kadang menyerah dan menunggu “keajaiban” itu datang. Dibilang “keajaiban” karena tiba-tiba sang dosen akan memberi pesan whatssapp atau telfon untuk menyuruh si mahasiswa datang menemui beliau saat itu juga atau setidaknya setengah hingga satu jam sejak pesan tersebut dikirim. Si mahasiswa yang mungkin sedang scroll akun gosip atau artis yang disuka meloncat panik, mengambil handuk untuk sekedar cuci muka lalu ngacir sambil tak lupa membawa draft revisian satu bulan lalu. Bagaimana kabar dengan mahasiswa yang mungkin saat itu sedang berada di luar daerah, ada kepentingan lain, tidak mempunyai kuota, telepon genggamnya rusak dan lain sebagainya. Mahasiswa malang itu akan menunggu lagi “keajaiban” datang dan mencoba usaha yang kemungkinan besarnya gagal plus bikin dongkol.
           Sekali lagi, sang dosen masih terdiam sementara si mahasiswa masih dengan tatapan ingin penjelasan, atau setidaknya kata maaf. Terbesit rasa sungkan si mahasiswa kepada dosen karena pernyataan yang cukup menohok ia lontarkan. Tapi lupakanlah, toh dia juga mewakili perasaan teman-teman yang selama ini menjadi “korban” dari dosen tersebut. Sesi konsultasi berakhir tanpa banyak basa-basi. Si mahasiswa pamit dengan perasaan sedikit lega telah mengeluarkan kalimat tersebut dari mulutnya. Di dalam ruangannya, sang dosen merekatkan sela-sela jari tangannya mengangkatnya keatas dan terus memikirkan kalimat yang terlontar dari mahasiswa bimbingan. Mungkin benar, ya benar. Ia sudah memikirkan itu betul-betul. Selama ini ia abai akan perasaan orang lain dan tidak ada orang yang cukup punya nyali untuk menegurnya. Hingga hari ini seorang mahasiswa semester akhir yang berniat untuk segera lulus dengan tegas menegurnya. 

Senin, 05 Maret 2018

Gagal Paham



wah, kelihatan cantik ya pakai hijab”
Acapkali orang-orang disekitar kita mengatakan hal seperti itu saat pertama kali seseorang mengenakan jilbab. Kalimat  tersebut sebenarnya salah satu dukungan terhadap seseorang yang mulai berhijab. Tak lain dengan tujuan agar sesorang tersebut tetap istiqomah dalam mengenakan hijabnya. Hal yang mengganjal di pikiran saya adalah bukankah hijab memiliki tujuan untuk menyembunyikan kecantikan seseorang, karena kecantikan seorang wanita hanya boleh dilihat oleh orang yang termasuk muhrimnya. Lha ini kenapa orang pakai hijab malah dipuji akan kecantikannya.  Apalagi yang mengatakan dan memperhatikannya lawan jenis yang bukan muhrimnya Jadi gagal paham.hehehe 

Dunia Kerja di New Normal Era

Banyak orang akan mengatakan petuah bagi seorang lulusan setelah diwisuda “welcome to the jungle”. Petuah itu ternyata benar adanya dan semakin terlihat nyata di jaman sekarang. Dunia sudah memasuki revolusi industri 4.0 dimana perubahan industri ini berlangsung sangat cepat. Betapa anak yang lahir di tahun 1980-1990 an sangat merasakan bagaimana keadaan teknologi yang belum begitu canggih hingga masuknya teknologi-teknologi canggih yang seperti saat ini.
Perubahan yang sangat cepat menuntut anak-anak sekarang atau bahasa kerennya anak milenial, harus memiliki kompetensi yang “jaman now” banget. (1) creativity. Kreativitas mutlak dimiliki oleh anak muda yang mau bersaing di industri saat ini. Menciptakan sesuatu yang berbeda diantara yang lain bukan sesuatu yang haram dilakukan, itulah yang disebut kreativitas. (2) critivcal thinking. Otak yang dibiasakan bekerja oleh pemiliknya akan dengan mudah menganalisis apa yang terjadi disekitarnya. (3) collaborative. Di dalam dunia yang penuh tantangan saat ini mustahil rasanya berkarya sendirian tanpa melibatkan campur tangan orang lain. (4) communication skill. Tidak diragukan lagi bahwasanya kemampuan komunikasi menjadi pengaruh besar dalam eksistensi seseorang di era saat ini. Perlunya sesorang dalam “branding diri” berkaitan dengan kemampuan komunikasi yang dimiliki.
Mau tidak mau seseorang harus melakukan “branding “ diri untuk bertahan di dunia kerja saat ini. Perusahaan semakin ketat menyeleksi calon karyawannya. Sudah ada begitu banyak orang dengan nilai akademis tinggi dan pengalaman yang banyak. Namun, bagaimana orang tersebut mampu menonjolkan sisi potensialnya dalam sesi wawancara itulah yang masih perlu dilakukan. Sebelumnya seseorang harus tahu tentang dirinya sendiri yaitu kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, setelah itu mensinergikan apa yang dia inginkan. Kemudian membuat rencana diikuti dengan pembuatan timeline. Semakin kita tahu tentang diri kita sendiri semakin kita dapat berbicara lebih mengenai sisi baik pada saat branding diri di sesi wawancara.

“if you not try everything you can not choose anything”
Good quote from Mrs. Novi. Dosen Psikologi UGM.

“Jangan tidur sebelum membaca, jangan mati sebelum menulis”

Image result for the power of books
(pict: http://brainblogger.com/2011/12/15/bibliotherapy-the-healing-power-of-books/)

Satu ungkapan yang didapatkan dari acara beda buku tempo hari. Bedah buku yang berjudul “Penghancuran buku dari masa ke masa” karya Fernando Baez dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Lita Suryadinata. Beliau menjadi narasumber bersama dengan dosen ilmu politik FISIPOL Bapak Abdul Gaffar Karim mengulas tentang isi buku dan mengkaitkannya dengan isu-isu yang ada saat ini. Buku ini ditulis dengan bahasa spanyol dari penulis asli nya dan diterjemahkan dengan sangat ringan dan mengalir oleh mbak Lita Suryadinata. Mbak Lita ini adalah alumni ilmu perpustakaan Universitas Indonesia, saat ini berprofesi sebagai penerjemah yang menguasai berbagai bahasa. Kecintaanya kepada buku sangat terlihat saat beliau mengulas sebagian besar isi buku tersebut.
Buku tersebut mengisahkan betapa seseorang yang tidak menginginkan keberadaan buku berusaha memusnahkan buku secara deliberate atau sistematis. Seseorang tersebut umumnya adalah orang yang memiliki kuasa atas suatu hal, baik berupa pemerintah kaum oposisi atau lain sebagainya. Kecenderungan yang ada terhadap seseorang yang memiliki kuasa adalah menyingkirkan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip mereka. Buku sebagai sumber suatu pengetahuan yang mungkin dapat membahayakan keberadaan seseorang atas kuasanya dapat menjadi suatu ancaman besar. Oleh karena itu betapa orang-orang tersebut ingin menguasai sudut pandang ilmu pengetahuan dengan menghancurkan buku-buku yang dianggapnya sebagai ancaman. Padahal mungkin saja buku yang disebut secagai ancaman tersebut memiliki sejarah besar yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Buku tersebut menceritakan pembakaran perpustakaan terbesar di Baghdad pada waktu pemerintahan Sadam Husein. Betapa banyaknya ilmu pengetahuan yang hilang karena perpustakaan tersebut adalah perpustakaan yang menyimpan sejarah ilmu pengetahuan dari jaman dahulu. Kejadian lain yang terjadi di Inggris dimana terjadi sebuah kebakaran yang hanya membakar perpustakaan dan tidak ada korban jiwa. Fernando Baez tidak mengatakan secara langsung bahwa itu adalah ulah pemerintah atau suatu kelompok kepentingan namun, ia menggiring opini bahwa kebakaran tersebut disengaja oleh kepentingan suatu kelompok.
Acara bedah buku diakhiri dengan memberikan kenang-kenangan bagi kedua narasumber dan tepuk tangan para audience.